Panggilan
Menjadi Imam Zaman Ini
Kornelius
Ayub Dwi Winarso, CM
Dinamika Imamat Masa
Kini
Zaman terus berubah.
Antara masa kini dan masa lampau telah terbentang jurang perbedaan yang kian
mendalam. Perkembangan, perubahan, dan kemajuan telah membawa manusia pada
peradaban yang kian sempurna. Pembaharuan dan penyempurnaan nyaris terjadi di
semua bidang. Ide-ide dan pemikiran baru telah merasuki dan menjiwai sebagian
besar aspek kehidupan. Gaya hidup, cara pandang, pola pikir, daya juang, mentalitas, hingga
karakter manusia yang oleh para pemikir kebanyakan di sebut sebagai hewan yang
berakal budi ini tak luput dari berbagai bentuk perkembangan dan perubahan yang
terjadi, baik dalam hal peradaban sebagai sesosok mahluk sosial maupun dalam
hal pemahaman tentang penciptanya.
Begitu pula dalam
kehidupan menggereja. Gereja yang dahulu didirikan oleh Tuhan Yesus sendiri
dibawah pimpinan Rasul Petrus diatas batu karang (bdk. Matius 16 : 18-19)[1]
telah mengalami berbagai bentuk perubahan seiring dengan berjalannya waktu dan
perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam tatanan hidup manusia. Sejarah
membuktikan bahwa dalam gereja sendiri telah terjadi peristiwa-peristiwa yang
menyempurnakan gereja dan peristiwa-peristiwa yang dalam arti tertentu turut
merubah wajah gereja sehingga tampak seperti yang ada sekarang ini.
Perkembangan zaman dan perkembangan gereja memiliki keterikatan yang tidak bisa
dilepaskan satu sama lain.
Kebutuhan akan imam menjadi warna tersendiri bagi kehidupan menggereja saat
ini. Seperti yang pernah dikatakan oleh Paus Benediktus ke XIV dalam suratnya
kepada para seminaris tertanggal 18 Oktober 2010[2],
yang berbunyi demikian: “Allah hidup, dan ia
membutuhkan orang untuk melayani Dia, dan membawaNya kepada orang lain”, demikian pula manusia dan umat tentunya membutuhkan
seorang imam untuk membawanya pada Allah. Manusia membutuhkan perantara dalam
menjalin hubungan dengan Allah. dalam hal ini peran seorang imam menjadi
penting dalam relasi antara Allah dan umatNya yaitu manusia itu sendiri. Adanya
kebutuhan darui piahak manusia dan Tuhan sendiri merangsang adanya kerinduan
yang tinggi akan kehadiran seorang imam dalam lingkup tatanan peribadatan dan
wujud bakti umat dengan Allah.
Berbagai perkembangan dan
perubahan yang telah terjadi dalam kehidupan cukup berdampak bagi dinamika
kehidupan imamat. Para umat menghadapi berbagai macam tantangan dan
kesulitan-kesulitan yang memiliki tingkat kerumitan yang tidak dapat
disepelekan begitu saja. Saat ini ketertarikan kaum muda untuk menjadi imam
mulai berkurang jika dibandingkan dengan beberapa puluh tahun yang lalu. Hal
itu tidak lain adalah akibat menurunnya ketertarikan untuk menjalani kehidupan
imamat. Atau bisa jadi kurangnya ketertarikan untuk hidup selibat. Ketertarikan
yang ada dalam diri anak-anak muda saat ini telah di arahkan pada hal-hal yang
cenderung mengarah pada hal-hal duniawi. Di samping itu, kehidupan kaum religious
dan kaum selibater lainnya juga mulai terongrong oleh berbagai macam daya tarik
duniawi. Mulai dari fasilitas modern, kedudukan, harga diri, kenikmatan,
kemudahan yang tidak mendidik, dan harta diri sendiri.
Imam zaman ini dituntut untuk
bisa mewartakan injil di era yang tengah bergelora dengan perkembangan teknologi
dan ilmu pengetahuan. Iman dan spiritualitas tidak lagi di wujudkan hanya dalam
batasan doa dan kegiatan rutinitas sebagai kaum selibateer dalam biara,
melainkan dituntut untuk bisa terwujud dalam bentuk yang konkret, seperti karya
nyata di lapangan, penguasaan teknik-teknik tertentu yang dapat membantu karya
kerasulan dan masih banyak lagi yang menjadi tolok ukur perwujudan iman dan
spiritualitas di era yang semakin maju ini. Semangat pembaharuan yang
dikobarkan oleh Beato Giovanni melalui paham aggiornamento hendaknya dapat memberi dorongan yang semakin
menyemangati dan menggelorakan kembali semangat untuk menghidupi imamat dengan
sungguh-sungguh dalam diri para imam.
Panggilan
Sebagai Imam Masa Kini Dalam Terang Dokumen Presbyterorum Ordinis
Dalam pemahaman secara kedewasaan rohani, pilihan untuk
menjadi seorang imam merupakan pilihan yang ditentukan secara sadar oleh setiap
pribadi terpanggil untuk memenuhi undangan yang telah di berikan oleh Tuhan.
Pilihan ini di buat secara tulus oleh masing-masing pribadi terpanggil dalam
rangka mengikuti dan mengutamakan kehendakNya. Dalam dokumen Presbyterorum Ordinis
dituliskan bahwa para imam dipilih dari manusia dan ditetapkan bagi manusia
dalam hubungan mereka dengan Allah, untuk mempersembahkan persembahan dan
korban bagi dosa-dosa (bdk. Ibrani 5 : 1), bergaul dengan orang lain bagaikan
dengan saudara mereka. Hal ini tentunya memberikan penjelasan yang matang
mengenai hakikat imam sebagai seorang manusia. Imam yang telah terurapi tetaplah
juga sebagai manusia biasa sebagaimana adanya, hanya ia memiliki fungsi sebagai
pengantara bagi manusia dalam hubunganya sendiri dengan Allah.[3]

Para imam merupakan pelayan rohani bagi umat beriman. Dalam artian bahwa
para imam semata-mata di percayakan untuk berperan sebagai perantara dalam
mewujudkan korban rohani umat yang berkenan pada Allah. Dengan demikian dapat
dimengerti bahwa korban rohani umat beriman mencapai kepenuhannya dalam
persatuan dengan korban Kristus Pengantara tungal, yang melalui tangan para
imam, atas nama seluruh gereja, dipersembahkan secara tak berdarah dalam rupa
sakramen dalam Ekaristi, sampai kedatangan Tuhan sendiri. Itulah yang menjadi
arah dan tujuan dari pelayaanan dari seorang imam itu sendiri, yaitu berkarya
untuk membawa umat pada kekudusan.
Peran imam menjadi istimewa di hadapan umat dan Allah karena kehendak Allah
sendiri. Allah satu-satunya yang kudus dan menguduskan, berkenan
mengikutsertakan manusia sebagai rekan dan pembantuNya, untuk dengan rendah
hati melayani karya pengudusan. Karya pengudusan tersebut terwujud dalam
pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh imam. Baik itu perayaan
sakramen-sakramen, maupun melalui pewartaan kabar baik dalam setiap kesaksian
hidup. Karena pewartaan kabar baik merupakan tugas utama dari gereja[4].
Maka hal itu juga layaknya menjadi tugas utama seorang imam pada zaman ini.
Demikianlah hendaknya
kita memahami peran imam zaman ini dalam terang Presbyterorum Ordinis.
Acuan-acuan yang telah tertulis dalam dokumen tersebut memberi kita pemahaman bahwa
pada zaman ini para imam diharapkan agar tetap dapat membawa dan menghantar
umat pada Allah melalui karya-karya yang mencerminkan kekudusan.
Dalam kaitannya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hendaknya dalam memahami hakikat
dan kehidupan imam kita bersedia bertolak kembali pada dokumen Presbyterorum
Ordinis karena dari dokumen tersebutlah penjelasan mengenai imam dapat
ditemukan dan dipahami dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Dokumentasi
dan Penerangan KWI.Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta : OBOR. 1993.
Galilea, Segundo. Following Jesus.Maryknoll, New York :
Orbis Books.1985.
Go, Piet, Ocarm. Kabar Baik Kehidupan.Malang : Dioma.2004.
Kitab Suci. Alkitab. Jakarta : Lembaga Alkitab
Indonesia.2010.
Misio KKI.
Hari Minggu Panggilan Sedunia Ke 48. Jakarta : Karya Kepausan Indonesia.2011.
Missio KKI.Hari Minggu Panggilan Sedunia Ke 49.
Jakarta : Karya Kepausan Indonesia.2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar